Laman

Senin, 21 Februari 2011

Sri Baduga Maha Raja


Misteri Petilasan Prabu Siliwangi
Bagi masyarakat Sunda, nama Siliwangi menjadi makna tersendiri.
Dia adalah Raja Pajajaran yang paling tersohor, pandai
menyejahterakan rakyat, berlaku adil, dan bijaksana.
Hampir di semua tempat di Jawa Barat pasti ada petilasannya dan
semuanya menjadi tempat ziarah bahkan untuk bertapa.
"COBA kau pegang ujung kayu kaboa di sebelahmu, anakku, dan aku akan
pegang ujung yang satunya," ujar Prabu Siliwangi di hutan Sancang
Garut Selatan manakala kembali terkejar Kean Santang, putranya
sendiri.
Prabu Siliwangi selalu dikejar-kejar
oleh Kean Santang sebab dipaksa masuk Islam. Prabu Siliwangi yang
Raja Pajajaran tak mematuhi imbauan anaknya ini.
"Aku memberi kebebasan bagi siapa pun untuk memilih agama. Yang aku
cemaskan adalah keserakahan orang. Setelah memilih yang satu, lantas
ganti lagi memilih yang baru, begitu seterusnya. Sementara bagi
seorang raja, keyakinan itu sebuah kehormatan dan tak bisa sesepele
itu digonta-ganti seperti orang membalikkan telapak tangan,"
demikian jawaban Prabu Siliwangi sebagai penolakan akan ajakan
putranya untuk berganti agama.
Maka, saling memegang ujung ranting kayu kaboa sudah merupakan
simbul bahwa dua ujung itu tak akan pernah bertemu. Sesudah Sang
Prabu selesai berbicara, wujudnya menghilang seketika dan orang
Sunda mengatakannya sebagai ngahiang.
Sesudah Sang Prabu menghilang, di hutan Sancang tiba-tiba
bermunculan sekumpulan harimau putih (orang Sunda mengatakannya
maung lodaya). Maka, secara mistis masyarakat Sunda mengatakan bahwa
harimau putih itu adalah penjelmaan dari Sang Prabu Siliwangi
bersama para pengikut setianya.
Sampai abad ke-21 ini, kepercayaan tersebut tetap dipegang teguh.
Masyarakat Pameungpeuk, yaitu sebuah kota kecamatan di tepi
perbatasan hutan Sancang, kerap terdengar orang
melakukan "pertikahan" dengan "warga" Hutan Sancang. Dengan kata
lain, banyak manusia kawin dengan harimau. Banyak orang tua di Garut
Selatan yang "bisa" menikahkan manusia dengan harimau.
"Akan tetapi, itu adalah harimau jadi-jadian. Bila penduduk menikah
dengan mereka, yang dilihat adalah pria ganteng atau perempuan
cantik," tutur Tedi (40) penduduk di sana. Tak ada yang merasa malu
dan tak perlu dirahasiakan sebab membentuk ikatan "keluarga" dengan
makhluk hutan Sancang sudah merupakan kebanggaan. "Banyak orang
Garut Selatan mengakui bahwa mereka keturunan harimau Pajajaran,"
tutur Tedi lagi sambil senyum.
Petilasan
Barangkali karena terus dikejar dan diburu untuk dipaksa masuk
Islam, sampai dengan hari-hari belakangan ini, orang Sunda percaya
akan beberapa tempat yang disebut sebagai petilasan Prabu Siliwangi.
Di Hutan Sancang, jelas akan banyak petilasan Sang Prabu, contohnya
Curug Kajayaan dan Karanggajah.
Maka, bila diurut dari "perjalanan" kejar-mengejar antara ayah dan
anak itu, petilasan akan didapat dimulai dari wilayah Bogor,
Sukabumi, dan Cianjur yang merupakan pusat kekuasaan Kerajaan
Pajajaran (dekat dengan ibu kota Negeri Pajajaran, yaitu Kota Pakuan
atau Bogor sekarang).
Di puncak Gunung Gede/Pangrango, ada petilasan Prabu Siliwangi.
Begitu pun di puncak dan lereng Gunung Salak. Bahkan beberapa bulan
lalu, dikabarkan ada masyarakat Hindu Bali membangun Kuil Prabu
Siliwangi, dengan alasan, di lereng Gunung Salak tempat kini
dibangun kuil, merupakan tempat suci Prabu Siliwangi. Orang Bali
merasa perlu menghormati Prabu Siliwangi, sebab Beliau katanya
merupakan raja pertama yang menyebarkan Hindu di Jawa Barat.
Di Sukabumi Selatan ada gua bernama Kutamaneuh. Dipercaya penduduk
setempat sebagai tempat ngahiang Prabu Siliwangi. Mereka tak banyak
cekcok dengan orang Garut Selatan, sebab orang Garut kan mengklaim
bahwa Prabu Siliwangi ngahiang di Hutan Sancang, bukan di mana-mana.
Yang paling mendekati sejarah yang disusun para ahli, petilasan
Prabu Siliwangi ada di Bukit Badigul Rancamaya. Bahkan menurut ahli
sejarah, Prabu Siliwangi tidak ngahiang tetapi mati biasa karena tua
dan jasadnya dimakamkan di Bukit Badigul Rancamaya Bogor. Lalu 12
tahun kemudian diperabukan. Sampai dengan hari ini, ke Bukit Badigul
masih ada yang berziarah, kendati mesti memasuki kawasan real estate
Rancamaya Resort.
Di wilayah Kabupaten Bandung juga didapat petilasan Prabu Siliwangi,
misalnya di Gunung Padang dan di Kawah Cibuni. Tiap hari-hari
tertentu, banyak orang datang untuk bertapa. Demikian pula di
wilayah Kabupaten Kuningan. Di objek wisata Cibulan misalnya, ada
tempat bertapa sebab di sana ada batu keramat bekas Prabu Siliwangi
duduk melepas lelah.
Begitu lekatnya nama Prabu Siliwangi di hati masyarakat Sunda
sehingga bila orang berkata Pajajaran, mesti dikaitkan dengan nama
Siliwangi. Padahal, Prabu Siliwangi hanyalah salah satu dari
beberapa orang tokoh yang pernah menjadi raja di Pajajaran.

Silsilah Prabu Siliwangi
Kembali ke masalah pokok artikel saya di atas ini.Suatu artikel yang saya angkat dari karya Dr. H. Dadan Wildan M.Hum. Bagi saya sejarah Prabu Siliwangi merupakan belukar yang sukar saya pahami. Dari karyaDr. H. Dadan Wildan M.Hum ada bagian sangat menarik,Carita Purwaka Caruban Nagari-CPCN karya Pangeran AryaCerbon 1720. Diangkat dari terjemahannya karya Pangeran Sulendraningrat (1972), dan Drs. Atja (1986).
Prabu Siliwangi seorang raja besar dari Pakuan Pajajaran. Putra dari Prabu Anggalarang dari dinastiGaluh yang berkuasa di Surawisesa atau Kraton Galuh.Pada masa mudanya dikenal dengan nama Raden PamanahRasa. Diasuh oleh Ki Gedeng Sindangkasih, seorang juru pelabuhan Muara Jati.

Istri pertama adalah Nyi Ambetkasih, putri dari KiGedengkasih. Istri kedua, Nyai Subang Larang putridari Ki Gedeng Tapa. Ketiga, Aciputih Putri dari KiDampu Awang.
Selain itu, CPCN juga menuturkan silsilah Prabu Siliwangi sebagai ke turunan ke-12 dari Maharaja Adimulia. Selanjutnya bila diurut dari bawah ke atas,Prabu Siliwangi (12) adalah putra dari (11) PrabuAnggalarang, (10) Prabu Mundingkati (9) PrabuBanyakwangi (8) Banyaklarang (7) Prabu Susuk tunggal(6) Prabu Wastukencana (5) Prabu Linggawesi (4) PrabuLinggahiyang (3) Sri Ratu Purbasari (2) PrabuCiungwanara (1) Maharaja Adimulia. Sudah menjaditradisi penulisan silsilah, hanya menuliskan urutannama. Tidak dituturkan peristiwa apa yang dihadapipada zaman pelaku sejarah yang menyangdang nama-nama tersebut. Kadang-kadang juga disebut makamnya di mana.

Pengenalan Islam
Adapun Dinasti Prabu Siliwangi yang masuk Islam adalah dari garis ibu, Subang Larang. Dapat dipastikan dari Subang Larang ajaran Islam mulai dikenal oleh putra-putrinya. Walaupun Subang Larang sebagai putriKi Gedeng Taparaja Singapora bawahan dari KerajaanPajajaran. Namun Subang Larang adalah murid dari SyekhHasanuddin atau dikenal pula sebagai Syekh Kuro.
Adapun putra pertama adalah Walangsungsang. Kedua,putri Nyai Larang Santang. Ketiga, Raja Sangara. Tidakmungkin Subang Larang dengan bebas membelajarkanajaran Islam secara terbuka dalam lingkungan istana.Oleh karena itu, Walangsungsang, mempelopori meninggalkan istana dan berguru kepada Syekh DatukKahfi di Gunung Amparan Jati di Cirebon. Syekh DatukKahfi dikenal pula dengan nama Syekh Nuruljati.
Dalam pengajian dengan Syekh Nurjati, diwisuda dengan ditandai pergantian nama menjadi Ki Somadullah.Kemudian membuka pedukuhan baru, Kebon Pesisir.Kelanjutannya menikah dengan Nyai Kencana Larang putriKi Gedeng Alang Alang. Dari sini memperoleh gelar baruKi Wirabumi.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...